• Nasional

Iran Lampaui Satu Juta Kasus COVID-19

Asrul | Jum'at, 04/12/2020 06:25 WIB
Iran Lampaui Satu Juta Kasus COVID-19 Petugas pemakaman menurunkan sebuah peti mati, berisi mayat seorang wanita berusia 52 tahun yang meninggal karena penyakit coronavirus (COVID-19), ke dalam kuburan di pemakaman San Rafael, di Ciudad Juarez, Meksiko 19 Mei 2020. (Foto: Jose Luis Gonzalez/Reuters)

Teheran, beritakaltara.com - Kasus virus corona baru (COVID-19) di Iran telah melampaui satu juta pada Kamis (3/12). Angka tersebut menyusul pertimbangan pihak berwenang untuk melonggarkan pembatasan di banyak bagian negara yang paling terpukul di Timur Tengah.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadat Lari mengatakan, Iran telah mencatat 49.348 kematian akibat COVID-19 dan 1.003.494 infeksi sejak mengumumkan kasus pertamanya pada Februari 2020.

"Dalam 24 jam terakhir, virus tersebut menyebabkan 358 kematian baru di negara dengan populasi lebih dari 80 juta, dan 13.922 kasus infeksi," kata Lari, serperti dilansir dari AFP.

Namun, jumlah kematian sedikit menurun dalam beberapa hari terakhir, setelah melonjak ke rata-rata harian lebih dari 400 pada sebagian besar bulan November. Beberapa pejabat, termasuk Menteri Kesehatan Iran, Saeed Namaki mengakui angka pemerintah jauh lebih rendah dari angka sebenarnya.

COVID-19 pertama kali muncul di Iran pada 19 Februari, ketika pihak berwenang mengumumkan dua orang tua di Qom, sebuah kota suci Syiah di selatan ibu kota. Itu adalah kematian pertama yang dikonfirmasi akibat penyakit tersebut di Timur Tengah.

Sejak itu, pihak berwenang menanggapi dengan mengambil serangkaian tindakan yang bertujuan menghentikan penyebaran virus yang pertama kali muncul di Wuhan itu.

Dihadapkan dengan tantangan ganda yaitu sanksi Amerika Serikat (AS) dan pandemi, Iran tidak pernah memberlakukan penguncian penuh, karena khawatir hal itu akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada ekonomi Iran.

Presiden AS, Donald Trump telah memberlakukan gelombang demi gelombang sanksi terhadap republik Islam itu sejak 2018, ketika ia secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.

Meskipun tidak memberlakukan lockdown, bisnis yang tidak penting ditutup selama dua minggu di daerah dengan risiko tertinggi pada 21 November, memperkuat pembatasan yang menurut Presiden Hassan Rouhani diperlukan untuk mengekang gelombang ketiga penyakit tersebut.

Langkah-langkah tersebut berlaku untuk sebagian besar kota di Iran, termasuk Teheran dan 30 ibu kota provinsi lainnya di negara itu.

Seperti kebanyakan negara yang terkena pandemi, Iran  yang mulai mengembangkan vaksinnya sendiri pada musim semi sedang menunggu ketersediaan vaksin untuk melawan virus tersebut.

Pada Rabu (2/12), Namaki mengumumkan bahwa sebuah perusahaan Iran sudah memperoleh lisensi untuk menguji vaksin pada manusia.

Sorang ahli epidemiologi medis dengan Komite Pengendalian Virus Corona Nasional, Minou Mohraz, minggu ini mengumumkan bahwa fase pengujian hewan telah selesai. Namun, mereka belum menentukan kapan pengujian akan dilakukan pada manusia.

Tetapi Namaki mengatakan bahwa jika langkah tersebut berhasil, Iran akan menjadi salah satu produsen utama (vaksinasi COVID-19) di wilayah tersebut pada awal musim semi mendatang.

Namaki tanpa detail mengatakan, Iran telah membeli sebelumnya sekitar 16,8 juta dosis vaksin melalui Covax mekanisme Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk akses yang adil ke vaksin.

Secara teori, obat-obatan dikecualikan dari sanksi AS, tetapi pada kenyataannya, bank internasional cenderung menolak transaksi yang melibatkan Iran untuk menghindari potensi litigasi.

Terpopuler

Selengkapnya >>

FOLLOW US