• Nasional

Korut Hadapi Krisis Pangan, Kim Jong Un Serukan Jajarannya Lakukan Pengorbanan

Agus Mughni Muttaqin | Jum'at, 09/04/2021 20:59 WIB
Korut Hadapi Krisis Pangan, Kim Jong Un Serukan Jajarannya Lakukan Pengorbanan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong un (Foto: AFP/KCNA via KNS)

Pyongyang, Beritakaltara.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memberi tahu rakyatnya agar bersiap menghadapi krisis, menyusul peringatan dari kelompok hak asasi bahwa negara itu menghadapi kekurangan pangan yang parah dan ketidakstabilan ekonomi.

Berbicara dalam sebuah konferensi partai, Kim membandingkan situasi saat ini dengan bencana kelaparan tahun 1990-an yang diperkirakan telah menewaskan ratusan ribu orang.

Sebagaimana diketahui, Korea Utara menutup perbatasannya karena pandemi Covid-19. Kerja sama perdagangan dengan China yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi negara itu juga terhenti.

Kim menyerukan kepada jajarannya untuk "mengobarkan `Pawai Arduous` yang lain untuk meringankan rakyat kita dari kesulitan, atau bahkan sedikit meringankan".

Arduous March adalah istilah yang digunakan oleh pejabat Korea Utara untuk merujuk pada perjuangan negara itu selama kelaparan tahun 1990-an, ketika jatuhnya Uni Soviet meninggalkan Korea Utara tanpa bantuan penting.

Total warga Korea Utara yang mati kelaparan tidak diketahui, namun perkiraan berkisar hingga 3 juta saat itu.

"Bukan hal yang aneh bagi Kim Jong-un untuk berbicara tentang kesulitan dan kesulitan, tetapi kali ini bahasanya sangat kaku dan itu berbeda," kata Colin Zwirko, analis Korea Utara di NK News, kepada BBC pada Jumat (9/4).

"Oktober lalu misalnya, dia memberikan pidato di mana dia mengatakan bahwa dia sendiri gagal membawa perubahan yang cukup. Tapi menyebutkan secara eksplisit bahwa dia memutuskan untuk melaksanakan Arduous March baru bukanlah sesuatu yang dia katakan sebelumnya," sambung dia.

Menurut laporan, harga jagung yang makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat pedesaan Korea Utara, dilaporkan sangat berfluktuasi. Bahkan kadang-kadang satu kilogram jagung setara dengan lebih dari gaji sebulan.

Lina Yoon, seorang peneliti dari Human Rights Watch (HRW), mengatakan dalam sebuah laporan baru-baru ini mengungkapkan bahwa "hampir tidak ada makanan yang masuk ke negara itu dari China".

"Pengemis banyak, ada yang meninggal karena kelaparan di daerah perbatasan, dan tidak ada sabun, pasta gigi, atau baterai," tulisnya.

Terpopuler

Selengkapnya >>

FOLLOW US