• Nasional

Soal Booster Vaksin COVID-19, WHO Sentil Pfizer dan Moderna

Asrul | Selasa, 13/07/2021 08:14 WIB
Soal Booster Vaksin COVID-19, WHO Sentil Pfizer dan Moderna Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (Dirjen WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus (Foto: AFP)

Jenewa, beritakaltara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, negara-negara kaya seharusnya tidak memesan suntikan booster dulu untuk warganya yang sudah divaksinasi sementara negara-negara lain belum menerima vaksin COVID-19.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, kematian kembali meningkat dari pandemi COVID-19, varian Delta menjadi dominan, dan banyak negara belum menerima dosis vaksin yang cukup untuk melindungi petugas kesehatan mereka.

"Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi, mendorong lonjakan baru dalam kasus COVID-19 dan kematian," kata Tedros mengatakan pada pengarahannya pada Senin (13/7).

Ia mencatat bahwa varian yang sangat menular, pertama kali terdeteksi di India, kini telah ditemukan di lebih dari 104 negara.

"Kesenjangan global dalam pasokan vaksin COVID-19 sangat tidak merata. Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lain memiliki pasokan untuk memvaksinasi pekerja kesehatan mereka dan yang paling rentan," kata Tedros.

Ia mencontohkan pembuat vaksin Pfizer dan Moderna sebagai perusahaan yang bertujuan untuk memberikan suntikan booster di negara-negara di mana sudah ada tingkat vaksinasi yang tinggi.

Menurut Tedros, seharusnya kedua perusahaan tersebut mengarahkan dosis mereka ke COVAX, program berbagi vaksin terutama untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan miskin.

Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, mengatakan badan kesehatan global sejauh ini belum melihat bukti yang menunjukkan,  suntikan booster diperlukan bagi mereka yang telah menerima vaksin lengkap.

Sementara booster mungkin diperlukan suatu hari nanti, belum ada bukti bahwa mereka dibutuhkan. "Harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis booster," katanya.

Terpopuler

Selengkapnya >>

FOLLOW US