• Nasional

WHO Serukan Moratorium Dosis Booster Vaksin COVID-19, Ini Alasannya!

Asrul | Kamis, 05/08/2021 07:17 WIB
WHO Serukan Moratorium Dosis Booster Vaksin COVID-19, Ini Alasannya! Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus

Jakarta, Beritakaltara.com - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan moratorium booster vaksin COVID-19 hingga setidaknya akhir September.

Disadur dari Reuters, Tedros mengatakan, langkah itu untuk memungkinkan setidaknya 10 persen dari populasi setiap negara divaksinasi.

Seruan untuk menghentikan booster vaksin COVID-19 adalah yang terkuat dari badan PBB karena kesenjangan antara tingkat inokulasi di negara-negara kaya dan miskin merenggang.

"Saya memahami keprihatinan semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian Delta. Tetapi kami tidak dapat menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global untuk menggunakan lebih banyak lagi," tambah Tedros.

Negara-negara berpenghasilan tinggi memberikan sekitar 50 dosis untuk setiap 100 orang pada bulan Mei, dan jumlah itu meningkat dua kali lipat, menurut WHO. Negara-negara berpenghasilan rendah hanya mampu memberikan 1,5 dosis untuk setiap 100 orang, karena kurangnya pasokan.

"Kami membutuhkan pembalikan yang mendesak, dari sebagian besar vaksin masuk ke negara-negara berpenghasilan tinggi, ke sebagian besar ke negara-negara berpenghasilan rendah," kata Tedros.

Beberapa negara telah mulai menggunakan atau mulai menimbang kebutuhan akan dosis booster.

Awal pekan ini, Jerman mengatakan pada September akan mulai menawarkan booster vaksin COVID-19 kepada orang-orang yang rentan. Uni Emirat Arab juga akan mulai memberikan suntikan booster untuk semua orang yang divaksinasi lengkap yang dianggap berisiko tinggi, tiga bulan setelah dosis vaksin kedua mereka, dan enam bulan untuk orang lain.

Pekan lalu, Presiden Israel Isaac Herzog menerima suntikan ketiga vaksin virus corona, memulai kampanye untuk memberikan dosis booster kepada orang berusia di atas 60 tahun di negara itu.

Amerika Serikat (AS) pada bulan Juli menandatangani kesepakatan dengan Pfizer Inc dan mitra Jerman BioNTech untuk membeli 200 juta dosis tambahan vaksin COVID-19 mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.

Regulator kesehatan AS masih menilai perlunya dosis booster. (Reuters)

Terpopuler

Selengkapnya >>

FOLLOW US