Fluktuasi harga yang tajam dan tidak menentu adalah dampak dari adanya gangguan OPT pada produksi cabai nasional sehingga produksi cabai mengalami penurunan.
Saat harga anjlok di petani, serta lesunya penyerapan produksi oleh pasar, PMT/TTIC gerak cepat untuk membantu menyerap kelebihan produksi cabai dengan harga wajar untuk mengurangi kerugian petani.
Cabai rawit merah pun demikian, sempat menyentuh Rp 50.00 per kg pada H-3 namun kembali turun menjadi Rp 40.000 per kg pada H-1 dan Rp Rp 33.000 per kg pasca lebaran.
Upaya ini dilakukan guna membantu distribusi cabai ke Jabodetabek dan menekan disparitas harga cabai yang dipengaruhi oleh mahalnya biaya transportasi dari daerah sentra cabai ke pasar.
Cabai rawit yang tadinya menyentuh harga Rp 100 ribu/kg di tingkat petani, kini kembali di angka Rp 30 ribu/kg.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan para pelaku usaha dari kabupaten tersebut, terkonfirmasi, pasokan aneka cabai aman.
Secara nasional, Kabupaten Garut memberikan share produksi terbesar pertama untuk cabai besar dan terbesar ke-7 untuk cabai rawit.
BPK akan menggelar pasar cabai murah di 34 titik yang berlangsung dari tanggal 8-20 Maret.
Kementan menyediakan distribusi transportasi agar cabai atau bawang merah dapat dibawa dari daerah yang harganya rendah ke daerah yang harganya tinggi agar produsen maupun konsumen sama-sama bisa dibantu.
Hasil panen yang melimpah tersebut rencananya akan dipasarkan ke daerah Tasik, Bandung, bahkan hingga ke Cirebon.
Kementan terus menjalin koordinasi dengan beberapa pihak, termasuk Kementerian Perdagangan dan pihak lain yang bergerak di bidang pangan.
Bahan pewarna yang digunakan bukan bahan pewarna makanan sehingga berbahaya jika dikonsumsi.
Pada 2020, NTT mendapatkan alokasi pengembangan kawasan cabai seluas 626 hektare yang tersebar di 19 Kabupaten.