• Nasional

Terjadi Kenaikan Cabai, Kementan: Tak perlu Impor

Asrul | Minggu, 14/03/2021 15:35 WIB
Terjadi Kenaikan Cabai, Kementan: Tak perlu Impor Direktur Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura), Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto melalukan panen raya cabai rawit merah di Desa Brenggolo, Kecamatan Ploso Klaten dan cabai merah besar di Desa Kebon Rejo Kecamatan Kepung, Rabu 6 Januari 2021. (Foto: Ist/jurnas.com)

Jakarta, beritakaltara.com - Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto menegaskan, tidak perlu mengimpor cabai untuk merespon kenaikan harga si pedas yang terjadi dua bulan terakhir.

Dia mengatakan telah melakukan rapat koordinasi (Rakor) dengan berbagai pihak untuk mempercepat pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit telah dilakukan.

"Kami sudah berkordinasi dengan Badan Ketahanan Pangan (BPK), BUMN yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Paguyuban Pedagang dan Pengelola Pasar Induk Kramat Jati, serta dengan para Champion Cabai Indonesia," kata Prihasto.

Berbagai upaya jangka pendek yang dapat dilakukan untuk menstabilkan pasokan dan meredam kenaikan harga cabai rawit dalam rakor tersebut. Termasuk, BPK akan menggelar pasar cabai murah di 34 titik yang berlangsung dari tanggal 8-20 Maret.

Direktorat Jenderal Hortikultura (Ditjen Hortikultura) akan mendukung pendistribusian cabai dengan fasilitasi sarana distribusi yang dimiliki. Selain itu Ditjen Horti juga menyusun perjanjian kerj asama dengan RNI dalam upaya stabilisasi pasokan ini.

PT Rajawali Nusindo (RN) yang tidak lain adalah anak Perusahaan PT RNI berperan sebagai off taker yang menjembatani antara Champion/Pertani cabai dengan Pasar Induk Kramat Jati. PT RN juga dapat memfasilitasi petani dalam mencarikan pembeli dan memanfaatkan infrastruktur yang dimilikinya di seluruh Indonesia.

Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha mengatakan, April depan diprediksi pasokan sudah cabai aman sehingga tidak perlu adanya impor cabai. Data Early Warning System (EWS) menunjukkan neraca produksi cabai rawit surplus sebesar 42 ribu ton di bulan April dan 48 ribu ton di bulan Mei.

Selain menggandeng BUMN sebagai off taker, kedepan Ditjen Hortikultura juga akan mendorong petani menerapkan inovasi rainshelter untuk melakukan tanam pada bulan off season (Juli-Agustus).

Tommy mengatakan, untuk menjaga pasokan cabai di DKI Jakarta sebagai barometer harga komoditas nasional, maka perlu ada buffer stock berupa standing crop di wilayah-wilayah daerah penyangga yang dapat dikendalikan Pemerintah.

Dia juga mengatakan akan terus mengedukasi masyarakat untuk mengkonsumsi cabai olahan (kering, bubuk, pasta, sambal botol, saus), sehingga tidak tergantung kepada cabai segar.

"Masyarakat juga dapat melakukan pengawetan sendiri pada saat harga cabai sedang murah serta menggerakkan masyarakat rumah tangga untuk dapat bertanam aneka cabai di pekarangan, sehingga tidak terlalu terpengaruh apabila terjadi lonjakan harga cabai di pasaran, ujar Tommy.

Ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia (AACI), Abdul Hamid mengimbau pemerintah agar tidak mengimpor cabai. Anggota AACI dan mitranya di berbagai daerah menyampaikan bahwa kini cabai mulai panen.

Terutama dari dataran tinggi seperti Kabupaten Bandung, Sukabumi, Magelang, Temanggung , Kediri dan Blitar dan siap masuk ke pasar. Diperkirakan mulai akhir Maret atau awal April pasokan akan bertambah dan harga akan stabil.

"Komitmen AACI bersama pemerintah ke depannya akan memperbaiki sistem budidaya petani dengan optimalisasi teknologi sebagai upaya peningkatan produktivitas", tutup Hamid.

Sebelumnya, harga cabai rawit mengalami kenaikan dipacunpasokan yang berkurang akibat berbagai faktor. Mulai dari berkurangnya pertanaman karena rendahnya harga sepanjang tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19. 

Terpopuler

Selengkapnya >>

FOLLOW US