• Nasional

Indonesia Dinilai Miliki Budaya Baca yang Rendah, Ini faktornya!

Asrul | Kamis, 01/04/2021 16:27 WIB
Indonesia Dinilai Miliki Budaya Baca yang Rendah, Ini faktornya! Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando dalam gelar wicara dengan tema “Penguatan Sisi Hulu Budaya Baca Guna Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat Indonesia” yang diselenggarakan di Grha Sheba Pustaka Dispuspa Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (01/04).

Magelang, beritakaltara.com - Kondisi hulu literasi Indonesia masih membutuhkan perhatian bersama untuk diperbaiki. Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando menyatakan, selama ini masyarakat Indonesia dihakimi karena memiliki budaya baca yang rendah. Padahal, kondisi yang terjadi di lapangan adalah sisi hulu literasi yang belum terkelola dengan baik di mana ketersediaan buku belum mencukupi kebutuhan.

Syarif Bando menjelaskan perbaikan sisi hulu membutuhkan kehadiran negara, dalam hal ini eksekutif, legistatif, yudikatif, TNI/Polri, akademisi perguruan tinggi, pengarang dan penulis buku yang sesuai kebutuhan masyarakat, penerbit dan perusahaan rekaman untuk menyiapkan buku, penerjemah, regulasi distribusi bahan bacaan untuk memperkecil ketimpangan antarwilayah, dan terutama, anggaran belanja buku. Menurutnya, sesuai standar Unesco, idealnya setiap tahun terbit tiga buku untuk setiap orang.

“Bagaimana realitanya? Hari ini coba kita lihat rasio buku nasional Indonesia. Bayangin, rata-rata nasional satu buku ditunggu 90 orang. Kalau satu nasi dus ditunggu 90 orang, apakah 89 orang diklaim tidak mau makan, atau tidak dapat makan?,” jelasnya dalam gelar wicara dengan tema “Penguatan Sisi Hulu Budaya Baca Guna Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat Indonesia” yang diselenggarakan di Grha Sheba Pustaka Dispuspa Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Kamis (01/04).

Dia menegaskan, masyarakat yang tidak berliterasi akan mengalami kesulitan dalam mengelola hasil sumber daya alam. Dia mencontohkan, hasil pertanian Indonesia yakni pisang dan kelapa, yang diekspor dan diolah di negara lain. Bahan baku tersebut diolah menjadi produk jadi dan dijual di Indonesia dengan harga mahal.

“Yang namanya pisang di Indonesia, banyak banget. Ke mana pisang Indonesia dijual? Ke Vietnam untuk bahan baku susu. Datang ke Eropa jadi susu kaleng, begitu datang ke Indonesia harga satu kaleng 100 ribu. Padahal mereka beli pisang kita dua ribu satu sisir. Begitulah problematika suatu bangsa,” ujarnya.

Pada masa kini, perpustakaan berperan untuk membangun masyarakat literasi. Perpusnas melakukan hal tersebut melalui program transformasi berbasis inklusi sosial yang menjadikan perpustakaan sebagai pusat transfer ilmu pengetahuan bagi masyarakat untuk meningkatkan kecakapan demi kesejahteraan.

Bupati Magelang Zaenal Arifin menyatakan pihaknya telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk memfasilitasi dan mendorong pemberdayaan kegemaran membaca dengan menyediakan bahan bacaan bermutu serta sarana dan prasarana perpustakaan yang mudah diakses publik. Dia telah membangun gedung perpustakaan yang memadai di atas lahan seluas 8.700 meter persegi dengan anggaran mencapai Rp21 miliar.

Saat ini, jumlah perpustakaan yang berpotensi di Kabupaten Magelang sebanyak 858 unit dan telah memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu, pemerintahannya telah menerbitkan surat edaran pengalokasian dana desa untuk pengembangan perpustakaan desa.

“Kami juga menerbitkan surat edaran pengadaan pojok baca dan donasi buku. Jadi perlu kami sampaikan, kami mengambil kebijakan bagi para pegawai pemerintah daerah yang naik pangkat, naik jabatan, dan pensiun, atau kunjungan kerja, ini mesti mendonasikan buku untuk memaksimalkan perpustakaan yang ada di wilayah Kabupaten Magelang,” tuturnya.

Hal ini dilakukan secara bertahap demi mengubah paradigma masyarakat menuju peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Magelang melalui perpustakaan.

Sementara Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) Suliswiyadi menyatakan perguruan tinggi berkontribusi dalam mendukung peningkatan literasi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Dia menjelaskan Unimma telah melakukan beberapa kajian terkait dengan literasi. Ke depan, dia berencana melakukan penelitian mengenai indeks literasi masyarakat di Kabupaten Magelang, terlebih bupati berencana membangun smart city. “Karena data itu penting dan berperan dalam pengambilan keputusan,” pungkasnya.

Pada kesempatan tersebut, dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Perpusnas dengan sejumlah pihak yakni Pemerintah Kabupaten Magelang, Sekolah Tinggi Theologi Magelang, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang, Universitas Tidar Magelang, Politeknik Muhammadiyah Magelang, Sekolah Tinggi Agama Islam Al Husain Syubbanul Wathon. Selain itu, dilakukan pengukuhan Bunda Literasi Kabupaten Magelang periode 2021-2024 Christanti Handayani.

Kepala Perpusnas juga menyerahkan sertifikat akreditasi untuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Magelang dan bantuan satu unit mobil perpustakaan keliling untuk Pemkab Magelang. Kegiatan ini digelar secara hybrid dan diikuti 5.000 peserta secara virtual.

Terpopuler

Selengkapnya >>

FOLLOW US